Home Pendidikan Antusiasme Tes Kemampuan Akademik (TKA) Tidak Sama dengan Ujian Nasional, Ini Faktor Penyebabnya

Antusiasme Tes Kemampuan Akademik (TKA) Tidak Sama dengan Ujian Nasional, Ini Faktor Penyebabnya

100
0
SHARE
Antusiasme Tes Kemampuan Akademik (TKA) Tidak Sama dengan Ujian Nasional, Ini Faktor Penyebabnya

Hari ini, Rabu (5/11/2025) pelaksanaan Tes Kemampuan Akademik (TKA) jenjang SMA dan SMK telah memasuki hari ketiga.  Dalam keterangannya, Toni Toharudin, Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) menyampaikan bahwa pelaksanaan TKA berjalan lancar.

"Kami bersyukur bahwa pelaksanaan TKA hari pertama berjalan lancar, tertib, dan antusias. Berdasarkan data yang kami himpun sebanyak 1.952.683 peserta atau sekitar 97,9 persen darin total peserta yang telah terdaftar telah mengikuti ujian pada hari pertama," ungkap Toni dilansir dari kemendikdasmen.go.id, Selasa (4/11/2025).

Toni juga menyampaikan bahwa Kemendikdasmen senantiasa berikhtiar untuk menyukseskan TKA yang baru pertama kalinya dijalankan. 

Laporan tentang lancarnya pelaksanaan TKA terutama di hari pertama, ternyata tidak diikuti antusiasme peserta.  Antusiasme peserta tanpa tidak seantusias saat pelaksanaan Ujian Nasional. Mereka terkesan ogah-ogahan dalam persiapan atau pelaksanaan.

Hal ini terutama terjadi di sekolah-sekolah dengan kualitas sedang hingga bawah. Langkah persiapan yang dilakukan sekolah berbanding terbalik dengan siswa.  Sebagian siswa tampak ogah-ogahan. Alasan yang mereka sampaikan ada yang mengatakan tidak mau melanjutkan ke perguruan tinggi atau juga karena tidak menentukan kelulusan.

Tes Kemampuan Akademik Tidak Bersifat Wajib

Sikap semacam ini sebenarnya tidak dapat disalahkan. Pasalnya karena memang dari kementerian sendiri mengatakan TKA tidak bersifat wajib.

"Kelulusan akan ditentukan oleh satuan pendidikan, karena yang mengetahui proses perjalanan siswa selama belajar adalah satuan pendidikan. Setelah TKA dilakukan para siswa tetap akan melanjutkan proses pembelajaran di sekolah sesuai kebijakan masing-masing satuan pendidikan," kata Toni.

Pasal inilah yang membuat antusiasme peserta begitu rendah di beberapa tempat. Sebab tanpa mengikuti TKA pun mereka dapat lulus.   Apalagi jika mereka menghendaki akan bekerja setelah lulus SMA atau SMK, sertifikat TKA tidak diperlukan.  Hasil TKA baru akan digunakan bagi siswa yang ingin melanjutkan melalui jalur SNBP (Seleksi Nasional Berdasar Prestasi).

Tugas Sekolah untuk Memotivasi Siswa

Melihat situasi semacam ini akhirnya berpulang pada sekolah masing-masing. Kemampuan sekolah untuk memotivasi siswa untuk mengikuti TKA jadi hal yang utama.  Sekolah diharapkan mampu memberikan gambaran pada siswa akan arti penting mengikuti TKA.  Sebab dengan mengikuti TKA dan lolos ke Perguruan Tinggi menjadi gambaran peningkatan kualitas hidup mereka.

Tugas ini tentu saja bukan tugas mudah. Maka benar apa yang dikatakan Toni terkait partisipasi peserta dalam TKA.

"Antusiasme sekolah dan siswa dalam mengikuti TKA menunjukkan tumbuhnya quality culture di dunia pendidikan. Sekolah dapat melihat pemetaan kualitas siswanya, sementara siswa dapat mengukur kemampuannya secara obyektif," tutup Toni