Sempat Tinggalkan Agama Gegara Geluti Filsafat, Sudjiwo Tedjo Akhirnya Sadar Butuh Agama Saat Momen Ini Terjadi

Aktor sekaligus seniman Sudjiwo Tedjo memang terkadang dikenal dengan kalimat-kalimatnya yang sangat filosofis atau kental dengan muatan filsafat.

Baru-baru ini, dia mengaku sempat menggeluti filsafat hingga meninggalkan agama.

Sudjiwo Tedjo mengaku meninggalkan agama saat dia masih kuliah di era tahun 1980-an.

Hal itu diungkapkan Sudjiwo Tedjo saat berbincang dengan Habib Husein Ja’far Al Hadar belum lama ini.

Awalnya Sudjiwo Tedjo yang juga dalang ini mendapat pertanyaan dari Habib Ja’far tentang pandangannya terhadap agama.

Kemudian pertanyaan tersebut langsung dijawab oleh Sudjiwo Tedjo.

“Aku dulu pernah ninggalin agama aku nggak percaya itu dulu tahun-tahun kuliah tahun 80an karena aku lari ke buku-buku filsafat,” kata Sudjiwo Tedjo seperti dikutip dari kanal Youtube Jeda Nulis pada Minggu 22 Mei 2022.

Lantas setelah itu ada momen di saat ibunya meninggal pada tahun 1994.

“(Tahun) 1994 ibuku meninggal aku masih di Jakarta,” ujarnya.

Keluarga memutuskan akan memakamkan jenazah ibunya saat Sudjiwo Tedjo sudah tiba di kampung halaman.

“(Jenazah) ibuku menunggu, saudara-saudaraku menunggu pemakaman sampai aku datang,” tuturnya.

Sudjiwo Tedjo kemudian naik pesawat agar bisa buru-buru sampai di kampung halaman untuk menyaksikan pemakaman ibunya secara langsung.

Sesaat setelah sampai dan mengikuti pemakaman, lalu orang-orang disekitarnya memintanya untuk membacakan talqin atau kalimat memuji Allah dan ayat-ayat Al Quran tentang kematian.

Selain itu, Sudjiwo Tedjo yang juga aktif sebagai pemain teater ini juga diminta mengazani jenazah ibunya.

“Aku pakai pesawat terus ibuku dimakamkan, aku yang disuruh talqin itu disuruh sama orang-orang. Terus aku turun aku azan,” jelasnya.

Saat itulah Sudjiwo Tedjo kemudian tersadar bahwa sehebat-hebatnya filsafat tidak ada satupun yang menurutnya mengajarkan cara menguburkan ibunya sesaat setelah meninggal.

Setelah itu, dia tersadar mengapa membutuhkan agama.

“Di situ aku, ‘iya ya secanggih-canggihnya filsafat tidak ada satupun yang menjarkan kalau ibuku meninggal gimana cara nguburnya’, itu aja sih gitu lho itu pandangan saya kenapa kubutuh agama,” terangnya.

 

Editor : Dyah Pitaloka

Related Posts