Setelah plafon masjid Islamic Center Kota Tangsel beberapa pekan yang lalu Rontok hanya karena tertiup hembusan angin, padahal gedung masjid “kebanggaan” Pemkot Tangsel tersebut baru saja diresmikan oleh Wali Kota Tangsel Benyamin Davnie dan dihadiri juga oleh berbagai pejabat tinggi setingkat OPD, Kapolres, Dandim dan unsur pemerintahan lainnya. Dan kini peristiwa serupa terjadi lagi, kali ini terjadi pada bangunan gedung RSUD Kota Tangsel.
Berdasarkan informasi dan laporan dari tokoh masyarakat di Pamulang Barat namun tidak mau disebutkan identitasnya, dilansir dari MediaBantenCyber.co.id pada Senin (09/05/2022) siang, mengatakan bahwa dirinya cukup prihatin terkait pembangunan RSUD Kota Tangsel khususnya gedung IGD yang belum lama dibangun dengan menggunakan anggaran penanganan dana Covid-19 sebesar kurang lebih Rp46 miliar rupiah pada tahun 2020 tersebut, namun saat ini kondisi bangunan khususnya bagian partisi penutup gedung IGD RSUD Kota Tangsel itu sudah banyak yang rontok alias copot, layaknya daun-daun yang berguguran pada musim semi di negara-negara Eropa.
Diduga rontoknya partisi-partisi penutup tembok bangunan tersebut karena terkena “hembusan” angin seperti yang dialami oleh bangunan masjid Islamic Center Kota Tangsel beberapa pekan sebelumnya saat bulan Ramadhan. Dan DIDUGA hal tersebut terjadi karena kurang berkualitasnya bahan-bahan partisi dan juga rangka partisi yang digunakan oleh pihak kontraktor pembangunan gedung IGD RSUD Kota Tangsel.
“Saya sangat prihatin dengan kualitas pembangunan beberapa gedung-gedung di Kota Tangerang Selatan, mulai dari gedung DPRD Kota Tangsel, Kantor Pemkot Tangsel, masjid Al I’tstizom kawasan Pemkot Tangsel, terminal bus penghubung BSD Mekar Jaya, masjid Islamic Center Kota Tangsel dan sekarang gedung baru IGD RSUD Kota Tangsel. Yang jadi pertanyaan, mengapa masalah yang sama terus-menerus terjadi berulang-ulang? kemana peran dan fungsi pengawasannya dari pihak Pemkot Tangsel?, tidak berjalan atau jangan-jangan ada kongkalikong antara pihak kontraktor dengan para petugas pengawasannya di lapangan?,” kata Rusdy (nama disamarkan-red), tokoh Pamulang Barat.
Sementara itu, hal senada juga disampaikan oleh Dr. Martha Bachtiar, Pengamat sosial dan Kebijakan Publik Kota Tangerang Selatan. Saat ditemui MediaBantenCyber.co.id di sebuah warung makan Soto Lamongan di kawasan Melati Mas, Serpong Utara pada Selasa (10/05/2022) pagi, Dr. Martha Bachtiar, menyampaikan ada dua hal yang menyebabkan berbagai permasalahan pembangunan gedung-gedung di Kota Tangerang Selatan selalu menyisakan permasalahan akhir terkait mutu dan kualitas bangunannya, yaitu masalah Pengawasan dan masalah Pemelihara bangunan.
“Untuk kasus plafon masjid Islamic Center Kota Tangsel, berdasarkan pengamatan saya langsung ke lapangan, hal tersebut terjadi karena rangka hollonya untuk memasang plafon tersebut tidak memenuhi standar yang terbaik. Hollonya terlalu kecil dan jarak antara rangka hollo tersebut terlalu renggang alias tidak rapat, sehingga menyebabkan kekuatan untuk mengikat plafon ke rangka tidak kuat dan mudah jebol. Untuk itu pihak Pemkot Tangsel tinggal minta kepada pihak kontraktornya untuk memperbaiki masalah yang terjadi terkait kualitas bangunan di masjid Islamic Center Kota Tangsel, kan ada masa retensi pemelihara hasil pembangunannya,” tandas Dr. Martha Bachtiar.
Lanjutnya, kedepannya diharapkan kepada pihak Pemkot Kota Tangerang Selatan untuk memperhatikan dua hal dalam melaksanakan pembangunan gedung-gedung milik Pemerintah daerah, yaitu Menjalankan dan melakukan fungsi PENGAWASAN pembangunan gedung baru dengan sebaik-baiknya. Kedua melaksanakan fungsi PERAWATAN dan PEMELIHARAAN semua hal terhadap pembangunan yang sudah dilaksanakan oleh pemerintah daerah dengan Konsisten dan berkala.
“Percuma dong kita membangun sebuah gedung ataupun fasilitas publik jika tidak dilakukan pemeliharaan secara baik dan berkesinambungan. Karena sebagus apapun gedung yang dibuat itu adalah hasil karya manusia yang pasti akan ada titik-titik kelemahannya. Jika tidak dirawat dan dipelihara pasti akan cepat rusak,” tegas Dr. Martha Bachtiar, Pengamat Sosial dan Kebijakan publik yang juga bekerja di salah satu perusahaan PMA bertaraf Internasional tersebut.(BTL)