Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengaku bangga atas capaian Indonesia yang berhasil memecahkan rekor dunia baru pergelaran angklung tebesar di dunia yang tercatat di Guinness World Records (GWR) yang diinisiasi Ibu Negara Iriana Joko Widodo bersama jajaran Organisasi Aksi Solidaritas Era Kabinet Indonesia Maju (OASE KIM) dengan Ketua Umumnya Ny. Tri Tito Karnavian.
Sebagai Gubernur Jawa Barat, dimana angklung merupakan warisan seni budaya yang berasal dari Sunda, Jawa Barat, ia sangat berharap alat musik angklung bisa semakin mendunia.
Ridwan Kamil menegaskan warga Jawa Barat harus menjaga agar angklung tetap menjadi warisan dunia tak benda, salah satunya, dengan selalu menggelar berbagai kegiatan memainkan alat angklung secara massal. Alat musik khas Sunda itu memang sudah ditetapkan sebagai warisan dunia tak benda oleh UNESCO pada 16 November 2010.
Ada empat syarat agar angklung tetap masuk kategori sebagai warisan budaya yang dinilai UNESCO. Keempat poin tersebut ialah: terjaga, terpelihara, teregenerasikan dan terpromosikan secara luas baik lokal, nasional maupun internasional. “Keempat poin itu merupakan syarat mutlak dari UNESCO jika angklung ingin tetap menjadi warisan budaya tak benda dunia,” kata Ridwan Kamil.
Untuk menjaga agar angklung tetap menjadi warisan budaya tak benda dunia, Kang Emil, sapaan akrab Gubernur Jawa Barat memiliki tiga (3) jurus agar alat musik angklung mendunia. Pertama, hibah angklung kepada Kedutaan Besar RI di seluruh dunia.
Untuk keperluan itu Ridwan Kamil mengakui sejak awal menjadi Gubernur Jawa Barat tahun 2018 sudah berkomunikasi dengan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Wakil Presiden Jusuf Kalla, dan Presiden Jokowi agar pada setiap Kedutaan Besar RI di seluruh dunia untuk memiliki instrumen angklung. “Nanti yang bikin Jabar,” kata Kang Emil.
Menurut Emil angklung bisa jadi alat diplomasi paling mudah dan paling unik. Dengan angklung bisa menyanyikan lagu masing-masing negara. “Jadi angklung adalah sumbangan tatar sunda kepada dunia,” kata dia.
Jurus kedua Kang Emil yaitu membangun pusat kebudayaan di seluruh kabupaten/kota di Jawa Barat. Dengan adanya pusat kebudayaan bisa jadi sarana memperkenalkan angklung sebagai warisan budaya dunia.
“Kalau di Bandung ada Saung Angklung Udjo. Nanti di 27 kota/kabupaten akan juga diperkenalkan angklung seperti di Udjo,” kata Emil.
Pemprov Jabar telah berupaya memanfaatkan lahan-lahan di Jabar yang tidak memiliki fungsi sosial untuk ditanami bambu. Tanaman ini adalah bahan utama pembuatan alat musik tradisional, khususnya angklung.
Kemudian jurus ketiga, Kang Emil telah mengusulkan adanya Peringatan Hari Angklung Sedunia alias Angklung’s Day.
Disampaikan Kang Emil, peringatan hari angklung sedunia menjadi perwujudan kepedulian rakyat Jabar dalam upaya pelestarian dan ngamumule salah satu budaya dan seni Sunda, yaitu angklung.
“Kegiatan angklung’s day merupakan salah satu agenda agar angklung tetap terjaga, terpelihara, teregenerasikan dan terpromosikan secara luas baik lokal, nasional maupun internasional,” tandas Kang Emil.